Bagi Yeo-Reum Hidup Adalah Soal Cukup

Arina Naila
3 min readJan 23, 2023

--

Tentu tidak bisa dipungkiri bahwasannya realita tidak apple-to-apple dengan apa yang diceritakan di film maupun drama yang kita tonton. Mulai dari segi alur cerita yang terkadang tidak masuk akal, karakter yang membuat kita jatuh cinta dengan perilaku yang faktanya sulit ditemukan di dunia nyata hingga latar tempat yang aslinya berjauhan, tetapi di film dibuat seolah dekat.

Spesifiknya film/drama bergenre fiksi dibuat untuk kita melupakan sejenak apa yang terjadi di realita. Melupakan kehidupan kita yang membosankan ataupun lari dari pikiran jenuh. Sebagai sebagian manusia mageran yang bingung menghabiskan waktu liburannya untuk ngapain (termasuk saya), lirikan kita terarah ke laptop dan sepintas menemukan jawabannya, menonton drama.

Hingga melalui keputusan itu, kita tersedot akan realitas fiksi yang baru dan menikmati alur cerita berdurasi satu jam per episode. Dialog dengan diksi yang penuh makna dan mimik wajah yang menyihir emosi, seolah-olah kita bisa merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh tersebut dan mendapatkan sebuah pesan yang rasanya tersampaikan melalui lintas dimensi hingga akhirnya tepat sasaran di lubuk hati kita.

Bagi saya melalui menonton drama, saya bisa mengetahui apa yang akan saya lakukan kedepannya, jawaban yang selama ini saya ragukan eksistensinya, terjawab habis melalui salah satu tokoh bernama Yeo-Reum. Yeo-Reum seorang tokoh fiksi dari drama korea berjudul “Summer Strike” yang sudah tayang sejak November tahun lalu, Yeo-Reum membuat ribuan penonton relate dengan cerita dan alur hidupnya.

“aku sudah cukup lama berlari menuju suatu tempat, aku berlari secepat mungkin. Namun, ironisnya aku tidak tahu harus kemana”

Yeo-reum yang sudah jenuh dengan kehidupannya di hiruk pikuk kota dan ditinggalkan oleh orang-orang yang ia sayangi, membuat ia merasa gagal di kehidupannya saat ini dan ingin memulai suatu hal yang baru. Yeo-reum memutuskan untuk pindah ke sebuah desa kecil bernama Angok, jauh dari Seoul.

Yeo-reum membeli sebuah gedung bekas billiard usang dengan harga yang sangat murah dan merencanakan dalam setahun kedepan di Angok untuk tidak melakukan apa-apa, cukup menata kehidupannya dengan damai. Di desa tersebut ia juga bertemu dengan orang-orang baru yang menghargai dirinya sebagai manusia.

Akan tetapi, melalui pembelian gedung bekas billiard itu, Yeo-Reum yang pada awalnya hanya ingin hidup dengan tenang, malah membawanya menuju masalah-masalah baru dan ia dianggap sebagai pembawa sial. Melalui 12 episode drama ini kita bisa mengamati character building setiap tokoh. Yeo-Reum menjadi seorang tokoh yang tidak lagi lari atas permasalahan yang terjadi, ia menyelesaikan tiap persoalan yang ada dan hidup untuk setiap hal kecil yang ada ; suara dembur ombak, angin yang berhembus pada sore hari, matahari yang terbit dan terbenam, tetesan air saat mencuci baju hingga setiap hembusan napas perharinya. Hal-hal kecil itu membuat ia bahagia.

Yeo-Reum menemukan makna hidupnya untuk tidak apa-apa belum menemukan apa yang sebenarnya kita mau kedepannya, Yeo-Reum menemukan bahwa pada nyatanya hidup adalah soal merasa cukup.

“ini sungguh cukup, aku masih belum tau bagaimana aku menjalani hidupku, tapi ini sudah cukup, aku akan hidup”

--

--

No responses yet